Akhir tahun 2017 yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Dataran Tinggi Seko di Kab. Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Meski secara administratif berada di Provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis Seko berada persis di perbatasan dengan Sulawesi Tengah. Lokasinya nyaris persis berada di tengah pulau Sulawesi. Kontak saya di Palopo, Kota dengan akses terdekat ke Seko, memberi saya dua opsi untuk menuju ke Seko: perjalanan darat dengan menggunakan “ojek” yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk melalui jalur offroad yang mendaki menembus hutan dan sungai selama 2-3 hari perjalanan atau menggunakan penerbangan perintis (Susi Air) selama kurang lebih 30 menit dengan kemungkinan tidak bisa mendarat kalau cuaca tidak memungkinkan. Memilih perjalanan antara 2-3 hari atau 30 menit harusnya harusnya bukan hal yang pelik. Namun pengalaman sekali mencoba penerbangan perintis tahun 2014 membuat saya berfikir dua kali untuk memilih opsi penerbangan perintis. Apalagi kontak saya Palopo menegaskan penerbangan ke Seko sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Jadinya saya memilih perjalanan darat yang mungkin bakal jadi satu cerita sendiri (Sebagai informasi “ojek” ke Seko dikenal sebagai layanan ojek termahal se-Indonesia. Tarif yang saya bayar pulang pergi Palopo-Seko mencapai total Rp 3 Juta).
Pengalaman tahun 2014 menggunakan jasa penerbangan perintis Susi Air cukup membuat saya kapok. Bukan karena standar keselamatannya, tapi lebih karena nyali saya saja yang kecil. Profesionalitas penyelenggara jasa penerbangan perintis harus diacungi jempol selain fungsi sosial yang secara tidak langsung mereka jalankan dengan menyediakan sarana perhubungan udara ke daerah-daerah yang belum terkoneksi dengan jalur perhubungan darat utama. Yang menarik saat menggunakan penerbangan ini adalah keharusnya menimbang berat badan sebelum boarding. Penempatan tempat duduk disesuaikan dengan berat badan untuk menjamin kestabilan pesawat saat mengudara. Perjalanan udara kurang lebih 30 menit dari Balikpapan ke Samarinda menggunakan pesawat Cessna dengan baling-baling tunggal lumayan bikin jantung berdegup cukup kencang. Saat angin menerpa dari depan, goyangan di dalam pesawat amat terasa. Senasinya seperti sedang menaiki layangan raksasa. Sungguh salut buat para pilot dan mereka yang rutin menggunakan jasa penerbangan perintis. Nyali saya gak sebesar mereka. Jadi cukup sekali itu saja mencoba penerbangan perintis.
Leave a Reply