Sebetulnya udah lama banget pengen nulis tentang Linux dan terutama Ubuntu. Ada kali udah niat nulis ini sejak 10 tahun lalu..hahahahaha. Ada kenangan yang sangat personal setiap gw dengan bangga dan berbusa-busa cerita soal kerennya Linux dan Ubuntu ke orang-orang (yang sial banget harus denger gw ngomong wkwkwkw). Awalnya pas terdesak harus lulus pas kuliah S1 di Depok dulu, berhubung waktu itu udah nyaris menghabiskan jatah kuliah 6 tahun hehe. Ada pengalaman pahit banget waktu pas tiba-tiba laptop murah merek Axioo yang gw pake buat nulis skripsi tiba-tiba ngadat. Ya maklum aja sih, selain laptop murah dengan spesifikasi alakadarnya, sebagai mahasiswa kere, gak ada budget juga buat beli OS Windows asli, apalagi beli anti-virus keren nan mumpuni. Jadi sebetulnya memang udah jadi resiko sih kalau tiba-tiba lapotop satu-satunya itu tiba-tiba ngadat.
Reaksi pertama pas laptop ngadat ya panik. bisa batal lulus kalau semua data dan progress nulis skripsi raib gara-gara laptop yang ngadat kan. Untungnya keinget ada back up di komputer lain. Tapi sejak itu gw jadi mikir buat cari alternatif laptop yang lebih keren (ya pasti lah), dan terutama sistem operasi yang bisa diinstall tanpa bayar dan gak mempan diserang virus. Kebetulan waktu itu adek gw di rumah lagi seneng-senengnya ngoprek komputer, dan dia mengenalkan gw dengan Ubuntu lewat CD installer yang dia pesan dari Cannonical, perusahaan pengembang Ubuntu, dan dikirim gratis tanpa biaya sama sekali langsung dari markas mereka di London !
Waktu itu belum ngerti apa itu Ubuntu, linux juga cuma sesekali denger aja. Yang kebayang pertama cuma “Wah ini mah pasti buat sebangsa geek komputer nih”, yang layar komputernya cuman text dengan background item. Dan ternyata gw salah. Linux dan terutama Ubuntu (dan varian-variannya) ternyata sangat user friendly, newbie linux sekalipun pasti langsung ngerti, seenggaknya kalau cuma pakai komputer buat browsing internet dan ngetik lah ya.
Gw mencoba memberanikan diri pakai Linux wa bil khusus Ubuntu pas liat sticker di paket CD Ubuntu (waktu itu masih versi 8.04 Hardy Heron yang dirilis tahun 2008): “Pass it On. Ubuntu: Humanity Towards Others”. Impresi gw waktu itu adalah: WOW!!!!! Kalau Microsoft kasih kita warning pas install software-software mereka dengan EULA (End Users License Agreement) yang mengharamkan kita buat nge-share software/installler ke orang lain, yang bahkan bisa dianggap sebagai tindak kejahatan (pembajakan), lah ini Cannonical malah nyuruh kita buat nyebarin CD Installer ke orang lain sebanyak-banyaknya. Dan kata Ubuntu sendiri ternyata punya filosofi yang dalam. Jadi Ubuntu ini diambil dari salah satu ragam bahasa Zulu (Ngunu/Bantu) yang banyak digunakan di Afrika Selatan. Kebetulan Mark Shuttleworth, sang pendiri Cannonical yang ngembangin Ubuntu itu orang Afrika Selatan. Nah, Ubuntu sendiri dalam bahasa Zulu artinya kemanusiaan (humanity), kadang diartikan juga sebagai kemanusiaan terhadap orang lain (humanity towards others). Tapi secata filosofis, Ubuntu dipahami sebagai sebuah keyakinan bahwa semangat saling berbagi pada sesama memilki nilai universalitas yang menyatukan seluruh umat manusia. KEREN BANGET KAN !!!!??????
Semangat saling berbagi memang jadi spirit utama Linux, nama beken yang digunakan untuk merujuk ke berbagai sistem operasi dan software (perangkat lunak) yang dibikin pake basis Linux Kernell. Ciri khas Linux adalah kode-nya terbuka dan bisa dimodifikasi oleh siapa saja (makanya disebut open source) dan yang paling penting: GRATIS !!!! Nama Linux sendiri diambil dari Linus Trovald, orang yang pertama kali ngerilis Kernell pad tahun 1991. Sebetulnya apa yang dilakukan oleh Linus bisa terealisasi kalau pakar IT yang eksentrik, nyeleneh, dan revolusioner Richard Stallman gak bikin inisiatif free software foundation. Stallman bikin buku tentang itu, yang ngejelasin filosofi “free” dalam dunia teknologi informasi. Dia juga memperkenalkan konsep GNU General Public License (GNU-GPL) yang bisa dibilang lawannya EULA yang dipake pengembang-pengembang softre berbayar (Apple, Microsoft dsd).
Gw kadang merasa, kalau Stallman dan Linus ini semacam Marx dan Lenin. Stallman yang bikin fondasi dimana Linus bisa berkreasi dan bikin Linux yang sekarang kita kenal. Macam Marx bangun the so called Marxisme dan Lenin wujudkan postulat-postulat Marx dalam diktator proletariat soviet. Dan ngomong-ngomong soal Marx, Stallman ini memang tampilannya mirip-mirip Marx lah. Tambun dan jenggot brewok yang subur hehe. Dan memang banyak juga yang anggap Linux itu semacam “pemberontakan” atas komersialisasi di dunia TI yang didorong oleh raksasa-raksasa macam Microsoft dan Apple. FYI, Stallman memang memprotes spirit komersialisasi yang dia bilang udah menghambat perkembangan dunia TI dan gak selaras sama semangat pas TI dikembangin, terutama di kampusnya: MIT. Lagian memang sebetulnya kalau semua orang tau betapa keren dan user friendly-nya Linux lantas meninggalkan software dan sistem operasi berbayar otomatis mereka (Microsoft, Apple) pasti bakal bangkrut kan hehe. Jadi ya bisa dibilang Linux itu “kiri” lah hehe.
Btw, ini kenapa jadi cerita panjang tentang linux ya..padahal gw mau ngereview ChaletOS hahahaha…gak apa-apa lah, ini review distro linux pertama gw. (fyi, distro ini sebutan buat varian dari buanyak OS yang dibuat dibawah “bendera” linux).
Nah dari sejak pertama kali gw pakai Ubuntu tahun 2009, sekarang Ubuntu udah berkembang sangat pesat. Ada banyak juga distro yang dibuat dengan menjadikan Ubuntu sebagai basisnya. Nah yang gw pakai sekarang ini salah satunya, namanya ChaletOS. Secara teknikal, ChaletOS ini dibikin dari Xubuntu, varian Ubuntu yang paling “ringan” karena desktop environment-nya pakai Xfce yang memang didsain buat konsumsi resources seminimal mungkin. Nah, Xubuntu ini memang sejak awal dibuat biar spirit “semua orang bisa merasakan teknologi komputer” terealisasi. Jadi orang-orang yang gak bisa beli laptop/komputer baru dengan spec mumpuni tetap bisa merasakan kenyamanan ber-komputer pakai komputer yang mereka punya dengan Xubuntu sebagai OS nya. kebayang kan gimana mulianya. Bayangin coba, negara dunia ketiga, yang administrasi pelayanan publik-nya mau gak mau harus pakai komputer kalau mau ikuti perkembangan zaman, cuma gak sanggup pengadaan komputer canggih, apalagi beli dan langganan OS mahal dari microsoft. Nah Ubuntu menajwab kebuntuan itu !!!!
Balik lagi ke ChaletOS. Well, sebetulnya gw penggemar berat Kubuntu (apalagi nih hahaha), jadi ini varian Ubuntu yang dibangun di desktop environment KDE yang grafisnya memang keren dengan animasi dan fitur lainnya. Nah itu pula yang bikin KDE jadi jauh lebih berat ketimbang varian Ubuntu lainnya. Berhubung laptop “jatah” dari kantor spec-nya seadanya, mana warisan dari jaman dulu pula, maka gw putuskan buat permak habis laptop ini.
Setelah cek distrowatch, akhirnya gw putuskan buat nyoba ChaletOS. Varian Xubuntu yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tampilan antar mukanya gak ngebosenin, meski gak pake animasi canggih, cuman dijamin tetep cantik. Buat yang biasa pakai Windows, akan langsung terbiasa dengan ChaletOS. Di web-nya dibilang kalau nama ChaletOS diambil dari tipe rumah di pegunungan Swiss dengan konsep yang mengutamakan kesederhanaan namun tetap terlihat cantik. Dan gw cukup puas dengan ChaletOS. Mulai dari tampilannya, performa, dan berbagai fitur+support yang disediakan pengembangnya. Dan itu semua bisa didapat secara gratis, tinggal download aja di web mereka !!!!! (mungkin baiknya lain kali gw bikin tutorial instalasi linux buat pemula kali ya hehehe).
Leave a Reply