Lanskap sawah bertingkat yang menghijau di lembah yang dikelilingi gunung dan perbukitan nan megah membuat mata saya seolah seperti mendapatkan detox dari “racun” lanskap perkotaan yang terasa sumpek dijejali oleh ribuan kendaraan yang meraung ditengah kemacetan serta gedung-gedung tinggi yang berhimpitan, menghalangi sudut pandang urban dwellers ke langit luas yang sejatinya membuka pikiran. Itu yang saya rasakan saat melewati Dusun Salu Rante di Desa Rinding Allo, Kab. Luwu Utara minggu lalu ketika menempuh perjalanan darat 2 hari 1 malam ke dataran tinggi Seko. Saat melihat lanskap yang luar biasa ini, saya tidak bisa tidak teringat pada Subak, sistem manajemen dan pengairan persawahan di Bali yang sudah masuk ke dalam daftar situs warisan dunia UNESCO yang dilindungi berdasarkan World Heritage Convention.
Jamal, pemuda adat Seko yang mengantar dan membantu pelaksanaan kegiatan selama saya di Seko, mengatakan bahwa modal persawahan bertingkat seperti ini sudah lama dipraktekkan oleh orang Rongkong (Dusun Salu Rante di Desa Rinding Allo memang masuk dalam wilayah adat Rongkong, yang saat ini juga masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Rongkong). Penasaran saya coba googling database dan menemukan dua publikasi di tahun 2006 dan 2011 tentang sistem “Subak” di wilayah Luwu, Sulawesi Selatan oleh Dik Roth, peneliti dari Wagningen University:
- Which Order? Whose Order? Balinese Irrigation Management in Sulawesi, Indonesia
- The Subak in Diaspora: Balinese Farmers and the Subak in South Sulawesi
Roth berpendapat bahwa sistem persawahan a la Subak di Luwu dipengaruhi pula oleh migrasi orang-orang Bali ke Sulawesi (sukarela dan dan tidak) sejak zaman kolonial hingga periode transmigrasi era Orde Baru. Apapun itu, saya sih yakin pengetahuan tentang manajemen persawahan yang dibawa oleh para pendatang dari Bali bercampur dengan pengetahuan dan kearifan lokal warga di Luwu dan menghasilkan pengelolaan sawah yang khas Luwu. Yang paling penting: membuka jalan buat terciptanya lanskap yang luar biasa indah di dataran tinggi Luwu. Dan akhirnya saya cuma mau bilang kalau: Subak bukan cuma di Ubud, dan Indonesia bukan cuma Bali
Nusantara ini memang tanah yang kaya betul.
***
FYI, kemarin saya berkenalan dengan kawan baru yang ternyata asli Rongkong. Dia memberikan kabar kalau di titik saya ambil foto di Salu Rante ini telah terjadi longsor. Semoga bisa segera diatasi. Perjalanan ke Seko ketika tidak ada longsor saja sudah amat sangat berat (buat saya sih). Saya gak bisa bayangkan bagaimana perjalanan kalau ada titik longsor disana.
Leave a Reply